(Oleh : A. Umar Said)
Hari Sumpah Pemuda, yang setiap tahun kita rayakan pada tanggal 28 Oktober, adalah hari yang keramat bagi bangsa Indonesia. Namun, sayangnya, selama 32 tahun Orde Baru peringatan hari yang amat penting ini, terasa sudah kehilangan “api”-nya atau jiwanya yang revolusioner. Padahal, Sumpah Pemuda adalah salah satu di antara berbagai landasan utama bagi kebangkitan nasional kita, dan merupakan semen yang mempersatukan bangsa dan negara kita. Seperti halnya Hari Pahlawan 10 November, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, Sumpah Pemuda adalah pegangan penting bagi kita semua.
Dewasa ini, ketika negara dan bangsa kita sedang dilanda oleh berbagai krisis di banyak bidang, adalah amat penting bagi kita semua untuk menyimak kembali arti penting hari yang bersejarah ini, dan berusaha menghayati maknanya bagi kelangsungan kehidupan kita bersama. Selama lebih dari 32 tahun, Hari Sumpah Pemuda telah diperingati dengan upacara-upacara yang kebanyakan dikemas dengan pidato-pidato para “tokoh” yang kosong isinya, dan terlepas dari jiwa sejarah revolusioner yang melahirkannya. Tidak bisa lain!. Sebab, jelaslah kiranya bahwa tidak bisa diharapkan adanya pemahaman yang tepat dari para pendukung politik Orde Baru, yang umumnya terdiri dari oknum-oknum reaksioner, tentang sejarah lahirnya Sumpah Pemuda dalam tahun 1928. Mereka TIDAK MAU mengerti, dan tidak bisa memahami bahwa Sumpah Pemuda tidak bisa dipisahkan dari perjuangan politik revolusioner Bung Karno. Mereka juga TIDAK MAMPU memahami bahwa Sumpah Pemuda ada kaitannya yang erat dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh pembrontakan melawan kolonialisme Belanda yang dilancarkan oleh PKI dalam tahun 1926.
Oleh karena politik “de-Sukarnoisasi” dan anti-komunis yang dilancarkan selama puluhan tahun oleh para pendukung Orde Baru, maka Hari Sumpah Pemuda kehilangan api kerevolusionerannya, dan dipreteli pesan-sejarahnya yang penting. Adalah sudah waktunya, sekarang, bagi masyarakat sejarawan Indonesia untuk memeriksa kembali berbagai aspek tentang lahirnya Sumpah Pemuda. Dan adalah kewajiban pemerintah dan berbagai lembaga negara kita untuk mngangkat kembali Sumpah Pemuda sebagai senjata ampuh dalam mempersatukan bangsa dan negara, yang sekarang sedang terancam oleh beraneka-ragam rongrongan dari banyak fihak. Dan oleh karena kita semua TIDAK BOLEH hanya menggantungkan harapan kepada kemauan atau kemampuan para “tokoh” (kaum elite atau kalangan “atasan”) saja, maka obor Hari Sumpah Pemuda haruslah untuk selanjutnya dipanggul bersama-sama oleh beraneka-ragam gerakan ornop, LSM, partai-partai politik, organisasi-organisasi buruh, tani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan lain-lain.
ARTI PENTING LAHIRNYA SUMPAH PEMUDA
Ketika beraneka-ragam kecenderungan permusuhan atau perpecahan mulai nampak membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita, maka mengisi Hari Sumpah Pemuda dengan jiwa aslinya adalah amat penting. Suara-suara negatif sebagai akibat interpretasi yang salah tentang otonomi daerah sudah mengkhianati jiwa Sumpah Pemuda. Demikian juga pernyataan dan kegiatan-kegiatan sebagian dari golongan Islam reaksioner, seperti yang dipertontonkan oleh organisasi/gerakan semacam Front Pembela Islam, Ahlussunah Waljemaah, Majelis Mujahidin Indonesia, KISDI dan lain-lain sebagainya.
Perlulah kiranya selalu kita ingat bersama-sama bahwa Sumpah Pemuda, yang dilahirkan sebagai hasil Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta adalah manifestasi yang gemilang dari hasrat kuat kalangan muda Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku dan agama, untuk menggalang persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Mereka ini adalah wakil-wakil angkatan muda yang tergabung dalam Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Minahasa Bond, Madura Bond, Pemuda Betawi dan lain-lain. Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) inilah kongres pemuda itu telah melahirkan Sumpah yang berbunyi : “Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah-darah yang satu : tanah Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu : bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa yang satu : bahasa Indonesia “.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, sudah terjadi banyak perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, yang dilakukan oleh berbagai suku di berbagai daerah, baik di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan pulau-pulau lainnya. Namun, karena perjuangan itu sebagian besar bersifat lokal dan kesukuan, maka telah mengalami kegagalan. Pembrontakan PKI di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dalam tahun 1926 merupakan gerakan yang menimbulkan pengaruh politik yang lintas-suku dan lintas-agama yang penting (karena juga terjadi di Sumatera Barat). Sumpah Pemuda lahir dalam tahun 1928, ketika puluhan ribu orang telah ditahan dan dipenjarakan oleh pemerintah Belanda sebagai akibat pembrontakan PKI dalam tahun 1926. Berbagai angkatan muda dari macam-macam suku dan agama telah menyatukan diri dalam perlawanan terhadap kolonialisme Belanda lewat Sumpah Pemuda, ketika ribuan orang digiring dalam kamp pembuangan di Digul. Adalah penting untuk sama-sama kita perhatikan bahwa tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Yamin (Jong Sumatranen Bond), Amir Syarifuddin (Jong Batak), Senduk (Jong Celebes), J. Leimena (Jong Ambon), adalah peserta-peserta aktif dalam melahirkan Sumpah Pemuda. Dan perlulah juga kita catat, bahwa Sumpah Pemuda dicetuskan oleh kalangan muda, ketika Bung Karno aktif melakukan beraneka kegiatan lewat PNI (yang dua tahun kemudian ditangkap Belanda dan diajukan di depan pengadilan Bandung, di mana ia mengucapkan pidato pembelaannya yang terkenal “Indonesia Menggugat”).
Jadi, jelaslah bahwa Sumpah Pemuda adalah semacam kontrak-politik berbagai suku bangsa Indonesia, yang diwujudkan secara kongkrit oleh wakil-wakil angkatan muda mereka. Sumpah Pemuda adalah fondasi penting kebangkitan bangsa Indonesia dan landasan utama bagi pembentukan negara Republik Indonesia.
SUMPAH PEMUDA ADALAH BHINNEKA TUNGGAL IKA
Dengan mengingat perjuangan rakyat Indonesia lewat berbagai bentuk dan cara (antara lain : Budi Utomo, Sarekat Islam, Sarekat Dagang Islam, Indische Party, ISDV, PKI, PNI, kemudian GAPI dan Gerindo) maka nyatalah bahwa Sumpah Pemuda adalah tonggak sejarah yang amat penting bagi perjalanan bersama bangsa kita. Dalam perjalanan perjuangan ini telah ikut serta banyak tokoh lokal dan nasional, dari berbagai suku dan agama serta aliran politik. Ada yang dari kalangan Islam, kristen Katolik dan Protestan, nasionalis, sosialis, komunis dan humanis. Mereka bersatu dalam Sumpah Pemuda, dan juga dalam berbagai perjuangan melawan Belanda, sampai lahirnya kemerdekaan tahun 1945.
Sekarang, sesudah Orde Baru membikin kerusakan-kerusakan yang begitu parah dalam kehidupan bangsa di bidang politik dan moral, maka lebih-lebih terasa lagi betapa pentingnya untuk mengingat kembali arti Sumpah Pemuda. Kita semua perlu berusaha bersama-sama meghidupkan kembali “api” Sumpah Pemuda. Semangat perjuangan HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim yang disalurkan lewat Sarekat Islam dan Muhammadiyah, patut dikenang terus. Demikian juga semangat Amir Syarifuddin, yang sebagai orang Kristen dan komunis telah menggunakan GAPI (Gabungan Politik Indonesia) untuk meneruskan perjuangan melawan Belanda (dan kemudian melawan Jepang lewat gerakan di bawah-tanah).
Namun, memperingati Hari Sumpah Pemuda adalah sesuatu yang hambar, sesuatu yang kosong, atau tidak artinya, kalau dilepaskan dari konteks sejarah yang melahirkannya. Sumpah Pemuda sudah menjadi alat pemersatu bangsa Indonesia yang amat ampuh dalam perjuangan melawan Jepang dan Belanda. Revolusi Agustus 1945 telah dicetuskan oleh berbagai golongan pemuda yang menjunjung tinggi-tinggi Sumpah Pemuda (mohon diingat : rapat-rapat di gedung Menteng 31, “penculikan” terhadap Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok). Pertempuran besar-besaran di kota Surabaia dan di banyak daerah-daerah lainnya di Jawa dan Sumatera telah juga dimotori atau dikobarkan oleh Sumpah Pemuda.
Jadi, keagungan Sumpah Pemuda adalah adanya kenyataan bahwa ia merupakan produk bersama yang diciptakan oleh banyak orang dari berbagai suku, agama, dan aliran politik. Di antara mereka terdapat banyak orang-orang, yang telah mengorbankan diri dengan berbagai cara dan bentuk. Dari sinilah kelihatan betapa benarnya dan betapa indahnya (atau betapa agungnya!) lambang kita Bhinneka Tunggal Ika. Kita berbeda-beda, namun kita satu : Indonesia. Jadi, Sumpah Pemuda ada hubungannya yang erat, atau, bahkan satu dan senyawa, dengan Bhinneka Tunggal Ika.
MARILAH KITA KOBARKAN SUMPAH PEMUDA
Dalam merenungkan kembali arti penting Sumpah Pemuda, mungkin perlu kita pertanyakan apakah Sumpah Pemuda benar-benar telah dihayati oleh Orde Baru beserta para pendukungnya? Memang, selama Orde Baru ada juga upacara-upacara peringatan. Namun, kebanyakan hanyalah bersifat ritual dan rutine yang tidak ada “api”-nya lagi. Seperti halnya Pancasila, Orde Baru beserta para pendukungnya telah mencabut roh Pancasila yang sebenarnya, atau melecehkannya sehingga menjadi barang busuk. Orde Baru telah memalsu dan menghina Pancasila, dengan membunuh jiwa perjuangan revolusioner Bung Karno. Para pendukung Orde Baru telah memperlacurkan Pancasila, atau, telah memalsukannya selama puluhan tahun. Jelaslah kiranya, bahwa Pancasila tidak bisa dihayati secara penuh dan murni kalau mengkhianati Bung Karno, penciptanya. Dan, justru inilah yang telah dilakukan oleh para pendukung Orde Baru.
Demikian juga halnya dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah kontrak sosial atau kontrak politik bersejarah , yang telah dibuat secara khidmat bersama-sama oleh angkatan muda dari berbagai golongan suku, agama, aliran politik. Perjuangan revolusioner Sarekat Islam, pembrontakan PKI dalam tahun 1926 terhadap kekuasaan kolonial Belanda, perjuangan kaum muda Batak, Aceh, Melayu, Minangkabau, Sunda, Jawa, Bali, Menado, Ambon dan lain-lain suku (ma’af bagi yang tak tersebut di sini) adalah “api” Sumpah Pemuda. Dengan kalimat lain : obor Sumpah Pemuda telah dinyalakan bersama-sama oleh golongan Islam, Katolik, Protestan, nasionalis, sosialis, komunis, humanis, dan lain-lainnya lagi.
Aspek-aspek penting inilah yang harus kita camkan bersama-sama dalam hati kita masing-masing, ketika dewasa ini negara dan bangsa kita sedang menghadapi berbagai krisis. Sebab, kecenderungan-kecenderungan negatif sudah makin terdengar di sana-sini, yang bisa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita. Sebagai akibat politik pemerintahan Orde Baru, telah muncul permusuhan dan pertentangan suku, agama, dan aliran politik. Sebagian dari golongan reaksioner Islam telah memunculkan isyu-isyu keagamaan dan kesukuan yang berbahaya. Golongan yang menganut faham politik marxis, sosialis atau komunis telah dikucilkan selama puluhan tahun. Pelaksanaan otonomi daerah telah disalahgunakan oleh para oknum korup dan anti-rakyat di banyak daerah.
Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua bahwa Indonesia ini adalah milik kita bersama, tidak peduli dari kalangan agama atau suku yang mana pun, atau dari kalangan aliran politik yang bagaimana pun. Sumpah Pemuda telah meng-ikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah-air dan satu bahasa. Tetapi, Sumpah Pemuda hanya bisa betul-betul dihayati atau dipatuhi, kalau semua merasa mendapat perlakuan yang adil. Sumpah Pemuda hanya bisa betul-betul diakui atau ditaati secara bersama dengan sepenuh hati, kalau semua merasa dihargai setara. Adalah pengkhianatan terhadap Sumpah Pemuda, kalau ada golongan yang mau memaksakan secara sewenang-wenang faham keagamaannya atau aliran politiknya. Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua, bahwa di Indonesia tidak boleh ada golongan yang merasa ditindas, dianak-tirikan, dikucilkan, atau diabaikan.
Dalam perjuangan panjang dan berliku-liku untuk merebut kemerdekaan nasional, Sumpah Pemuda telah merupakan senjata yang ampuh bagi banyak golongan. Dan dalam perjuangan panjang ini telah gugur banyak orang, dan banyak pula yang telah mengorbankan sebagian dari hidup mereka dalam penderitaan. Sekarang ini, setelah bangsa kita sudah merdeka, Sumpah Pemuda masih perlu kita kibarkan terus, dalam menghadapi berbagai persoalan nasional maupun ingernasional. Negara dan bangsa yang sudah dirusak secara besar-besaran oleh Orde Baru harus kita bangun kembali lewat reformasi di segala bidang. Kita semua sedang menghadapi berbagai akibat globalisasi ekonomi dan globalisasi komunikasi. Kita juga sedang menghadapi berbagai dampak dari aksi-aksi terorisme, baik yang dilakukan di tingkat nasional maupun internasional.
Kita semua belum tahu bagaimana dan apa kelanjutan dari peristiwa peledakan bom terror di Bali. Dan kita juga tidak tahu apakah Irak memang akan diserang oleh Amerika Serikat. Namun, yang sudah jelas yalah bahwa kita semua perlu tetap mengibarkan panji-panji Sumpah Pemuda, dalam menghadapi berbagai prahara politik, sosial dan ekonomi, yang mungkin akan muncul lebih serius di masa datang.
Dengan semangat dan jiwa asli Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam tahun 1928, kita perlu berusaha bersama-sama untuk menjadikan Indonesia yang berpenduduk 210 juta orang ini sebagai milik kita bersama. Indonesia adalah untuk semua golongan, yang merupakan berbagai komponen bangsa. Dengan mengibarkan panjji-panji Sumpah Pemuda, Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila kita perlu berjuang terus bersama-sama demi kepentingan seluruh rakyat, demi kesejahteraan dan kedamaian berbagai golongan suku, keturunan, agama, dan aliran politik.
Paris, 25 Oktober 2002
(Catatan : tulisan kali ini di samping dikirimkan langsung lewat E-mail ke berbagai alamat, juga disiarkan lewat Website A. Umar Said, yang bisa di-klik lewat http://perso.club-internet.fr/kontak )
Related Post:
Widget by [ Iptek-4u ]
0 komentar:
Posting Komentar
Untuk sobat blogger yang ingin memberi komentar atas situs ini dan isi tulisan yang ada di blog ini, silahkan masukkan komentar-komentar sobat.